Detail Activity

  • About: DISKO: PENDAPATAN PENGHIDUPAN UNTUK PETANI KOPI (INDONESIA)
  • Date: 30 Aug 2019
  • Lokasi: Jakarta

Activity Description

Jakarta (Indonesia), 30 Agustus 2019 – Bekerjasama dengan Fairtrade International dan Fairtrade Network of Asia and Pacific Producers (NAPP), SCOPI selaku platform nasional kopi berkelanjutan mengadakan lokakarya yang membahas bagaimana petani dapat menikmati penghidupan yang aman dan berkelanjutan. Fairtrade International mengembangkan sebuah strategi yang bernama Living Income (pendapatan penghidupan) bagi petani kecil dan strategi Living Wage (gaji penghidupan) untuk pekerja. Fairtrade International ingin memperkenalkan strategi ini ke berbagai pemangku kepentingan di sektor kopi Indonesia dan apakah ada ketertarikan untuk mengembangkan dan mereplikasi strategi ini di berbagai daerah di Indonesia.

Pemasukan Penghidupan adalah sebuah strategi yang diluncurkan pada tahun 2017 sebagai reaksi dari kajian rumah tangga yang dilakukan di petani cokelat di Afrika Barat. Hasil dari kajian tersebut menunjukkan lebih dari setengah rumah tangga petani cokelat hidup di bawah garis kemiskinan. Hasil ini mendorong Fairtrade International untuk menghasilkan sebuah strategi yang menghasilkan dampak yang nyata untuk meningkatkan penghidupan petani, strategi tersebut dinamakan Living Income (Pendapatan Penghidupan). Pada saat krisis harga kopi terjadi, dimana harga kopi terjatuh sampai $0.95 per pound, terendah semenjak tahun 2006, Fairtrade International mendapat masukan untuk melakukan kajian yang sama di sektor kopi.

Strategi Living Income adalah konsep tolak ukur biaya untuk penghidupan berkelanjutan yang layak bagi rumah tangga petani skala kecil di pedesaan. Pendapatan yang dihasilkan oleh rumah tangga harus mencukupi standar hidup yang layak untuk memenuhi 4 (empat) komponen dasar bagi semua anggota keluarga, yaitu: 1) makanan yang bergizi, 2) perumahan dengan fasilitas sanitasi yang baik dan memiliki ruangan yang cukup sesuai dengan jumlah anggota keluarga, 3) pengeluaran lain seperti pendidikan yang layak, mampu memperoleh layanan kesehatan, pakaian, transportasi, komunikasi, dll, dan 4) memiliki tabungan untuk pengeluaran tidak terduga dengan alokasi 5% dari total biaya hidup.

Fairtrade International memulai perjalanan untuk mengembangkan strategi Living Income dengan membuat kajian awal dan analisis kesenjangan pemasukan dan produktivitas di 8 negara, termasuk Indonesia.  Fairtrade telah memilih sejumlah koperasi bersertifikasi Fairtrade untuk ikut serta dalam kajian ini, mereka adalah: (1) Koperasi Kopi Gayo Organik (KKGO) , (2) Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan, (3) Koperasi Arinagata dan (4) Koperasi Produsen Bersama Kita Sejahtera (Bahtera). Fairtrade International ingin melihat situasi sesungguhnya di lapangan dengan mengambil data untuk melihat produktivitas, pendapatan dan pengeluaran suatu rumah tangga. Alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan harian tersebut dinamakan farm record tool dimana petani harus mengisi selama 1 tahun penuh. Data yang didapatkan secara spesifik akan digunakan untuk mendapatkan perbandingan antara produktivitas dengan target panen dan melihat pendapatan yang saat ini diperoleh dengan yang seharusnya diperoleh untuk memenuhi keempat standar penghidupan yang layak. Untuk menjamin kebenaran data dan konsistensi pengisian pencatatan harian, Fairtrade International juga memberikan program pelatihan dan pendampingan.  Rencananya alat ini akan dibuatkan versi digital (aplikasi) yang mampu mempermudah pengambilan data dan pemrosesan analisa data. Data ini diharapkan bisa diakses secara online oleh koperasi.

Pada dasarnya para peserta yang hadir tertarik untuk mereplikasi program ini namun masih banyak hal-hal yang perlu dibicarakan secara lebih detil seperti pentingnya menentukan mekanisme yang tepat untuk melindungi integritas data petani dan data apa saja yang bisa diakses oleh publik, bagaimana melakukan replikasi program secara efektif di daerah lain, misalnya dengan bekerjasama dengan SCOPI untuk daerah kerja SCOPI lainnya yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Idealnya Fairtrade International mampu melakukan pemetaan untuk melihat wilayah mana yang ingin disasar terlebih dahulu, menentukan bersama cara kerja pengambilan data yang efektif, sehingga berbagai pemangku kepentingan mendapatkan arahan yang lebih jelas mengenai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai data yang dibutuhkan untuk menentukan tolak ukur Living Income. Oleh karena itu pembahasan secara teknis akan terus dilakukan sebagai bagian dari kordinasi strategis untuk penentuan langkah selanjutnya. 


Share