Detail Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
SCOPI and ITFC berkolaborasi untuk menyelenggarakan 3 (tiga) bulan pelathan intensif untuk meningkatkan kapasitas petani kopi dalam Good Agricultural Practices dan Pasca-panen di Karo, Sumatera Utara.
Berastagi, 16 Juli 2019 – SCOPI sebagai platform utama Indonesia untuk sektor kopi telah mengembangkan dan mengakomodir pembelajaran praktek terbaik dan mendorong kerja sama untuk meningkatkan peluang bagi petani untuk menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. SCOPI telah bekerja di 15 provinsi dan saat ini tercatat memiliki 46 anggota, 35 mitra dari berbagai pemangku kepentingan dari sektor swasta, organisasi nirlaba, universitas, organisasi petani, asosiasi, dan lembaga pemerintah baik di tingkat lokal maupun nasional.
Sumatera adalah penghasil kopi Arabica terbesar di Indonesia dengan potensi untuk berkembang yang belum dimanfaatkan. Tahun ini, SCOPI bersama-sama dengan ITFC (International Islamic Trade Finance Corporation) untuk menyelenggarakan 3 bulan pelatihan intensif untuk petani kapi di Karo, Sumatera Utara. Pelatihan ini secara khusus menyasar untuk meningkatkan kapasitas 140 petani tentang Good Agriculture Practices (GAP) dan Pasca-panen untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas. Pelatihan ini dimulai pada bulan Maret 2019 dan selesai di bulan Juni 2019. Walaupun menghadapi banyak tantangan seperti meletusnya Gunung Sinabung namun hal tersebut tidak menghalangi selesainya pelatihan.
SCOPI menugaskan 4 (empat) Master Trainer dari Kabupaten Karo untuk memberikan arahan dan memperlihat secara langsung praktek terbaik untuk pertanian kopi berdasarkan Kurikulum Nasional dan Modul (NSC-National Sustainable Curriculum) untuk kopi Arabika. Para Master Trainer menilai subjek terpenting yang paling dibutuhkan untuk melatih petani. Hal tersebut meliputi 5 (lima) topik utama di Good Agriculture Practices (GAP) untuk penanaman pohon penaung, pemangkasan pada dahan pohon, pupuk organik, rorak, dan penanggulangan hama dan penyakit. Pada Pasca-panen, beberapa topik sudah diberikan secara singkat kepada petani seperti pemilihan lahan, persiapan lahan, perawatan bibit kopi, penanaman, dan adaptasi perubahan iklim.
Empat desa yang terpilih untuk mendapatkan pelatihan ini adalah Naman, Rumamis, Payung dan Sada Perarih (Kurbakti). Sebelumnya, petani belum memiliki pengetahuan atau menerima pengetahuan tentang Good Agriculture Practices (GAP). Mereka selama ini hanya menerapkan praktek yang sudah dijalankan secara turun temurun untuk mengelola lahan mereka. Sehingga, GAP tidak pernah dilakukan dan dapat dilihat di lahan perkebunan seperti pohon penaung dan umumnya penggunaan pupuk kimia. Kebanyakan para petani tidak begitu mengenal praktek GAP seperti pemangkasan dahan pohon, pembuatan rorak, pengelolaan hama terpadu, dan pemilihan bibit. Oleh karena itu, para petani sangat ingin belajar dan pelatihan ini mendapat tanggapan yang luar biasa baik dari petani maupun Pemerintah Daerah.
Pengetahuan lain dan praktek baik yang penting adalah pengelolaan Pasca-panen. Proses pengeringan dianggap sebagai salah satu langkah pasca-panen yang harus dilakukan secara dengan hati-hati. Kualitas biji kopi yang baik harus melalui metode pengeringan sampai kadar air akhir mencapai < 12% untuk mencegah pembusukan mikroba dan kerusakan kimia selama proses penyimpanan dan distribusi. Ketika dilakukan secara tidak benar seperti di lingkungan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan menurunnya kualitas biji kopi. SCOPI dan ITFC berinisiatif membangun fasilitas pengeringan dengan memanfaatkan tenaga matahari di desa Naman. Fasilitas ini menyediakan lingkungan terkendali yang tidak tergantung cuaca dan faktor lingkungan lainnya untuk proses pengeringan biji kopi.
Pengetahuan dan teknologi terbaru yang didapatkan oleh petani diharapkan dapat memberikan dampak positif untuk mengubah prilaku petani kopi dalam pengolaan lahan pertanian mereka. Dampak jangka panjang adalah peningkatan kualitas dan produktivitas kopi Arabika di daerah ini. Di samping itu, keberhasilan kolaborasi antara SCOPI dan ITFC mengisyaratkan peluang kerja sama jangka panjang dan program ini dapat diterapkan di wilayah lainnya di Indonesia.