Pertemuan SCOPI dengan Pemda, Rancang Sinergi Tahun Mendatang

Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) telah melangsungkan pertemuan dengan sejumlah pemerintah daerah pada 17 Oktober di Trade Expo Indonesia 2019. Pertemuan dengan tema “Turning Potential into Opportunity” (Mengubah Potensi Menjadi Peluang) ini dilakukan untuk memperkuat sinergi dengan pemda sebagai mitra SCOPI untuk mengembangkan kopi berkelanjutan di Indonesia.

Selama ini SCOPI bekerja sama dengan banyak mitra dan anggota, termasuk 28 pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota). Pertemuan ini menjadi forum untuk mengevaluasi kerja sama yang sudah dibangun sekaligus meningkatkan kemitraan ke rencana-rencana yang lebih konkret sampai dengan 2021. Diskusi ini dihadiri dewan pengurus SCOPI, perwakilan Pemda yang sudah melakukan MoU dengan SCOPI, para Master Trainer, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono, perwakilan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), perwakilan sejumlah perusahaan pengolah kopi, dan Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki).

“Kami ingin mengangkat potensi kopi Nusantara, lalu menjadikannya peluang dalam upaya pelestarian lingkungan, pemasaran yang lebih luas, serta tentu saja peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Direktur Eksekutif SCOPI Veronica Herlina.

 

Apresiasi untuk Empat Pemda

 

Kerja sama SCOPI dengan pemerintah daerah selalu diawali dengan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). SCOPI lantas melatih Master Trainer untuk kemudian mendampingi dan melatih para petani kopi di daerah tersebut dengan standar-standar pertanian dan penanganan pasca-panen yang berkelanjutan.

Saat ini SCOPI memiliki 123 Master Trainer Robusta dan 67 Master Trainer Arabika yang mendampingi 16.239 petani di 15 provinsi penghasil kopi terbesar di Indonesia. Dukungan pemerintah daerah dan peran Master Trainer inilah yang sangat vital dalam mendorong peningkatan produksi dan kualitas kopi di masing-masing daerah.

Disampaikan Veronica, pelatihan kepada para petani kopi memang butuh dilakukan secara intens. Semakin intens pelatihan, petani semakin merasa diperhatikan dan mau mempraktikkan hasil pelatihan. Dengan begitu, terjadi kesinambungan program. Hasil survei SCOPI juga menunjukkan apa yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan produktivitas.

“Menurut analisis kami bersama para Master Trainer, ada tiga topik yang paling penting diangkat untuk meningkatkan produktivitas. Pertama, pemangkasan. Kedua, pembuatan rorak atau lubang angin. Ketiga, pemupukan. Tentu ini perlu dikaji lagi di lapangan untuk melakukan program dalam jangka satu atau dua tahun ke depan,” ujar Veronica dalam pertemuan kemarin.

Hasil kerja pemda dan Master Trainer selama ini memang bervariasi. Pada TEI 2019, SCOPI mengangkat empat pemerintah daerah yang kinerjanya dianggap paling efektif, yaitu Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Terkait hal tersebut, Ketua Dewan Pengurus SCOPI Irvan Helmi mengatakan, “SCOPI kali ini ingin mengangkat bahwa kita harus bisa bercerita tentang keberhasilan. Tentang kesempatan dan harapan, apa suksesnya dan apa gagalnya. Kita mulai dengan empat daerah ini dulu. Oleh karena itu, pesannya SCOPI adalah bagaimana kita bisa mengubah potensi menjadi peluang.”

Untuk kolaborasi dengan Pemda tahun mendatang, ada 18 topik pelatihan atau pendampingan yang ditawarkan SCOPI. Pemda diminta memprioritaskan mana yang lebih mendesak dilakukan. Dari situ tampak tantangan per regional.

Regional barat lebih banyak berkomitmen untuk pembibitan, penanganan pasca-panen, akses ke pasar, dan penguatan organisasi petani. Regional tengah akan berfokus pada peremajaan pohon, pemupukan, pembibitan, penanganan hama dan penyakit, penanganan pasca-panen, penguatan MT dan petani kader, serta penguatan organisasi petani. Sementara regional timur akan mengejar perbaikan lewat peremajaan pohon, penanganan pasca-panen, serta penguatan MT dan kader petani.

Karena kopi adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia, peningkatan produksi dan kualitas kopi juga menjadi perhatian nasional. Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian menyusun sejumlah agenda untuk mendukung hal ini.

Disampaikan Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono dalam pertemuan kerja sama SCOPI dan Pemda di TEI 2019, Ditjenbun akan meningkatkan daya saing hasil perkebunan dengan pertama-tama memperbaiki kondisi hulu, yang tentu kelak berdampak pada industri hilir. Ditjenbun menginisiasi program Benih Unggul Perkebunan atau BUN 500 untuk menyiapkan 500 juta bibit unggul untuk pengembangan perkebunan. Akan dibangun pula kebun sumber benih di lokasi dekat perkebunan. Kopi menjadi salah satu prioritas dalam program ini.

Kasdi juga mengapresiasi kinerja SCOPI dan pemerintah daerah selama ini. “Kami pun perlu mitra, karena tidak mungkin bekerja sendiri,” katanya.

Share this Post