Petani Kopi Papua Dapatkan Pelatihan dari Juara Kopi Dunia
Selama 1 bulan lebih dari November sampai Desember 2017, beberapa kabupaten di Papua mendapatkan pelatihan dari Ayi Sutedja. Ayi Sutedja merupakan petani kopi yang kopinya menjadi kopi terbaik di dunia dan termahal. Kopi milik Ayi Sutedja pada tahun 2016 lalu menjuarai Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat. Kopi ini pun memenangkan lelang kopi di AS sebagai kopi termahal di dunia, US$ 56 atau sekitar Rp 758.576 (per kilo gram)
Ayi Sutedja yang tergabung dalam SCOPI (Sustainable Coffee Platform Indonesia) sejak awal November sampai Desember 2017 lalu, melakukan pelatihan kopi arabika berkelanjutan di Kabupaten Jayawijaya, Puncak Jaya, Deiyai, Dogiyai dan Paniai. Bersama SCOPI dan Pokja Papua dan pemerintah kabupaten setempat, pelatihan kopi ini diselenggarakan juga atas dukungan dari beberapa BUMN. Salah satunya adalah Bank Mandiri dan PT Pos Indonesia yang telah mendeklarasikan “Bangga Menyeduh Kopi Papua.”
Salah satu BUMN, yaitu PT PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) pun akhirnya sudah meneken MoU dengan salah satu sentra kopi di Kabupaten Jayawijaya, untuk mengambil hasil kopi dari Papua.
Menteri BUMN Rini Soemarno pada 19-20 November lalu sempat mengunjungi program pelatihan kopi tersebut dan memantau kebun kopi di sana. Rini punya tekad membawa kopi Papua tak hanya terkenal di Indonesia tapi juga dunia.
Rini juga berdialog dengan petani kopi. Kepada para petani, Rini memberi semangat untuk meningkatkan kualitas kopi di Papua sehingga tak hanya bisa dipasarkan di Indonesia, tapi juga mendunia. “Waktu itu saya sudah mencicipi kopinya dan enak sekali. Kami namakan ini kopi Mulia,” kata Rini, saat bertemu petani kopi di Muliambut, Mulia, Puncak Jaya, Senin (20/11/2017).
Ayi Sutedja takjub dengan kualitas kopi di Papua. Dia mengatakan bahwa cherries(buah kopi) di Papua masih tidak terdapat hama, ini perlu dijaga supaya bisa berkelanjutan. Salah satu persoalan utama dalam pengembangan kopi di Papua adalah belum terdapatnya kebun kopi yang ditata dengan baik. “Di sini itu bukan banyak kebun kopi, tapi banyak tanaman kopi di kebun,” ujarnya.
Memang karena penduduk asli Papua masih belum banyak mengetahui bagaimana cara berkebun kopi yang baik, ‘kebun-kebun kopi’ yang ada pun masih perlu penanganan untuk ditata dengan baik dan benar. Bahkan tanaman-tanaman kopi itu letaknya di lokasi-lokasi yang sulit untuk dijangkau. Tidak sekali dua kali Tim SCOPI dan Pokja Papua mengunjungi ‘kebun kopi’ yang harus ditempuh dengan menaiki dan menuruni bukit-bukit yang curam sudut kemiringannya, untuk sampai di ‘kebun kopi’ penduduk.
“Perlu ada satu gerakan seperti menanam kopi bersama di Papua untuk meningkatkan hasil produksi kopi di Papua, sehingga dengan ketersediaan stockyang mencukupi, buyer pun akan datang dengan sendirinya,” terang Ayi Sutedja.
Ayi Sutedja merupakan salah satu contoh petani kopi yang sukses, meski ia baru menggeluti pertanian dan industri kopi ini sekitar 6 tahun yang lalu. Setelah sebelumnya puluhan tahun berkarir di bidang Mechanical Engineering (ME), pria lulusan IKIP jurusan PLS (Pendidikan Luar Sekolah) ini memutuskan tidak mau lagi menerima pekerjaan yang berhubungan dengan ME.
“Saya waktu itu cuma mau ke gunung, dan mencoba menanam tanaman keras di Gunung Puntang yang saat itu kondisinya sudah memprihatinkan. Akhirnya saya menanam kopi, dari situ saya mulai belajar bagaimana menanam kopi yang baik, dan menghasilkan kopi dengan kulitas yang bagus,” kisah Ayi. Lantas ia melakukan banyak eksperimen sebelum akhirnya ia bisa menghasilkan kopi dengan kualitas dunia seperti sekarang.
Sumber: Artikel ini ditulis oleh Erri Subakti, dipublikasikan oleh Planet Merdeka pada link “https://planet.merdeka.com/inspira/petani-kopi-papua-dapatkan-pelatihan-dari-juara-kopi-dunia/page2.html”