LOKAKARYA MEMBUAT KOPI BERKELANJUTAN MENARIK UNTUK SEKTOR SWASTA

Jakarta (Indonesia), 26 April 2019 – Sesi ini adalah satu dari empat lokakarya yang diselenggarakan oleh SCOPI selain acara utama, Rapat Kerja Anggota. Kami sangat senang melihat antusiasme peserta. Pelaku pasar terlihat ingin mendengarkan dan berkontribusi dalam diskusi. Bagaimanapun juga, sisi bisnis lah yang menghubungkan kembali keuntungan untuk petani.

Dihadiri oleh dari anggota, mitra, dan pemangku kepentingan, lokakarya ini menyambut baik kehadiran nara sumber diantaranya Mr. Wisman Djaja (Nestle), Mr. Hutama Sugandhi (GAEKI), Mr. Suandi Darmawan (PRISMA), Mr. Heru Prama Yuda (Enveritas), Mr. Chandra Panjiwibowo (Rainforest Alliance), dengan moderator: Mr. Irvan Helmi, dan notulen Ms. Dedy Syahputra Sijabat (PRISMA).

Mitra SCOPI, PRISMA memberi kita wawasan tentang pengembangan sistem pasar, akar penyebab rendahnya kinerja pertanian dan apa yang membuat perubahan sistem pasar.

Beberapa hal yang ditekankan dalam membuat kopi berkelanjutan menarik untuk sekotor swasta adalah:

Utamanya dari prakarsa PRISMA adalah bahwa harga kopi yang berbasis kualitas merupakan faktor penting ketika petani membuat keputusan untuk mengadopsi praktek-praktek pertanian yang baik, ada juga penekanan di sisi pembeli kopi untuk standar praktek-praktek pertanian yang bertanggung jawab, dan bahwa koperasi seringkali dipengaruhi oleh konflik kepentingan yang mempengaruhi kinerja bisnis mereka. Masih ada beberapa pertanyaan yang harus dipecahkan seputar masalah kristis antara lain sistem harga berbasis kualitas disepanjang rantai nilai hingga level petani, peran industri dan pemain lain dalam berkelanjutan kopi, dan apakah para pemangku kepentingan menangani akar penyebab masalah utama masalah kopi berkelanjutan atau hanya gejala permukaannya.

Salah satu anggota SCOPI, Rainforest Alliance berbagi pandangan tentang kopi berkelanjutan. Tiga hal harus ditekankan untuk menekan berkelanjutan yaitu: berkelanjutan secara ekonomi, berkelanjutan secara sosial, dan apakah itu ramah lingkungan. Standar Pertanian Rainforest Alliance terdiri dari empat blok yang membahas aspek managemen pertanian, praktik pertanian yang baik, kondisi kerja, dan aspek lingkungan. Konsep melibatkan pihak ketiga atau lembaga sertifikasi untuk memeriksa dan memvalidasi penerapan standar dapat berkontribusi pada analisis objektif tentang apa yang diklaim oleh produsen dan pelaku bisnis sebagai sumber yang bertanggung jawab. Standar berkelanjutan, bagaimanapun bermanfaat sebagai pedoman untuk implementasi dan pemantauan khusus, tidak boleh dianggap sebagai satu-satunya cara untuk memastikan produksi kopi yang bertanggung jawab, karena harus dilengkapi dengan berbagai komitmen dan tindakan dari para pemangku kepentingan termasuk pemerintah, pembeli dan mereka yang berada di hulu dari rantai nilai.

Jelas bahwa sektor swasta menjalankan bisnis mereka berdasarkan permintaan konsumen. Baik sektor swasta maupun petani mendambakan harga yang menguntungkan, dan sementara petani berupaya untuk meningkatkan produktivitas, ini sesuai dengan minat pembeli untuk mengamankan pasokan kopi yang berkelanjutan. Titik kritis produksi adalah bagaimana sistem permintaan-penawaran ini bekerja dalam kerangka kerja bisnis yang bertanggung jawab.

Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) mengkonfirmasi bahwa pembeli membutuhkan jaminan untuk pasokan yang berkelanjutan, namun sayangnya banyak eksportir kopi memperlakukan industri kopi hanya sebagai bisnis yang menghasilkan laba dan kurang bertanggung jawab untuk bertindak lebih jauh guna menjaga ekonomi petani tetap aman agar mereka dapat menyediakan sumber biji yang berkualitas dan berkelanjutan. Besar sekali beban untuk menghasilkan kopi yang memenuhi standar kualitas dan lingkungan yang ditumpahkan di pundak petani.

Sementara itu, perwakilan Nestle mengakui bahwa sektor swasta umumnya memang memiliki minat terhadap bisnis yang berkelanjutan, tetapi minat ini benar-benar berhubungan dengan keuntungan dan bagaimana konsumen menghargai produk yang berkelanjutan. Sangat bisa diperdebatkan apakah konsumen memahami peningkatan nilai jika mereka memilih kopi yang lebih bertanggung jawab, dan tambahan biaya yang terkait dengan produk yang mengutamakan keberlanjutan. Konsumen biasanya memilih produk yang tidak terlalu mahal, dan kurang menyadari bagaimana kopi sampai di cangkir mereka.

Kita semua ingin agar bisnis kopi maju, terutama bisnis-bisnis yang berkontribusi pada kesejahteraan petani dan menciptakan lapangan kerja, ini berarti semua pelaku kopi memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kesadaran akan nilai kopi berkelanjutan, termasuk kesadaran pencita kopi yang sebenarnya membayar harga kopi. Jadi tindakan selanjutnya, bagaimana kita semua mengambil peran untuk mengusung kopi berkelanjutan?

Ada beberapa sorotan tentang bagaimana SCOPI sebagai platform multi-pemangku kepentingan dapat memainkan peran penting untuk mendorong agenda berkelanjutan bagi anggota mereka yang berasal dari sektor swasta, mungkin menawarkan inisiatif kolaborasi di mana investasi dapat dilakukan secara lokal oleh sektor swasta dan pemerintah daerah terhadap indikator yang disepakati. Dan indikator-indikator ini dibuat secara transparan, hasil terukur bottom-up dan juga melibatkan petani. Masalahnya kemudian muncul jika suatu tanggung jawab tertentu diumumkan kepada publik dan dibebankan kepada anggota, karena beberapa di antaranya belum benar-benar mampu berinvestasi demi berkelanjutan. Entah karena tidak cukup sumber daya atau kemauan.

Lokakarya Membuat Kopi Berkelanjutan Menarik untuk Sektor Swasta memberikan usulan/rencana aksi sebagai berikut:

SCOPI mengadakan FGD dimana sektor swasta, organisasi nirlaba, dan sejumlah usaha kecil dan menengah bisa duduk bersama untuk mendiskusi solusi yang ditawarkan agar dijalankan oleh SCOPI sebagai landasan nasional yang melingkupi seluruh anggota dan mitranya, dalam memperjuangkan kopi berkelanjutan di Indonesia.

FGD akan membahas bagaimana jika kita dapat menelurkan sebuah model kolaborasi, di mana perusahaan dapat berinvestasi dikombinasikan dengan investasi pemerintah dan nirlaba, lalu ada pembagian tanggung jawab semua pihak termasuk dari sisi petani, serta aktor pendukung lainnya seperti lembaga keuangan dan bahkan konsumen; dan model ini diuji, lalu dinyatakan bahwa model ini menguntungkan untuk bisnis, memberikan nilai untuk pelaku produksi dan dapat membantu kinerja pemerintah.

 

Paparan:

 

PRISMA_Making Sustainable Coffee Attractive for Private Sector

Rainforest Alliance_Making Responsible Coffee Business the New Normal

Share this Post