KONFERENSI GLOBAL KOPI BERKELANJUTAN
Belo Horizonte (Brasil), 8-10 November 2018 – Global Coffee Sustainability Conference (GCSC) adalah konferensi kopi berkelanjutan yang diselenggarakan setiap tahun oleh GCP (Global Coffee Platform). Tahun ini acara diadakan di Belo Horizonte – Brazil tanggal 8-10 November 2018 bersamaan dengan International Coffee Week yang diikuti oleh lebih dari 200 pemangku kepentingan dari berbagai pihak seperti NGO, Donor, Koperasi, Perusahaan maupun Pemerintah termasuk perwakilan dari ICO (International Coffee Organisation).
Acara ini juga di hadiri seluruh perwakilan Platform dari 9 negara penghasil kopi di dunia yaitu Indonesia, Viet Nam, Uganda, Tanzania, Kenya, Honduras, Nicaragua, Colombia, Brazil.
SCOPI mewakili Platform Kopi Berkelanjutan dari Indonesia, dan pada acara tersebut kehadiran SCOPI di wakili oleh Ketua Dewan Pengurus-Irvan Helmi dan Direktur Eksekutif-Veronica Herlina, yang keikutsertaannya menitikberatkan pada penyebarluasan informasi di forum internasional mengenai usaha-usaha yang sudah dilakukan Indonesia untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi Arabika dan Robusta. Salah satu upaya yang terus dilakukan adalah pemberdayaan petani kopi melalui pelatihan berkesinambungan budidaya dan pasca panen yang mengacu pada Kurikulum Nasional Kopi Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan singkatan NSC (National Sustainable Curriculum).
Di hadapan para peserta konferensi, SCOPI memaparkan beberapa program yang dinilai cukup sukses, misalnya bagaimana NSC Robusta dan Arabika disebarkan dan diterapkan melalui kerja pendamping petani, atau para MT (Master Trainer) yang terlibat dalam program master trainer.
MT Robusta dan Arabika yang sampai pada bulan Oktober 2018 lalu berjumlah total 184 orang diberikan pengetahuan yang tepat untuk membimbing para petani lokal di 15 provinsi di Indonesia. Para MT ini terdiri dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Ahli Agronomi dari pihak swasta dan LSM yang merupakan anggota maupun mitra SCOPI.
SCOPI menargetkan 25.000 petani menerima pelatihan secara intensif oleh MT dan masuk dalam program monitoring SCOPI sampai tahun 2021. SCOPI juga mempresentasikan program-program dimana seluruh pihak dapat berkontribusi dan berkolaborasi dengan tujuan mencapai hasil yang lebih optimal dalam mendukung keberlanjutan kopi di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara ke 4 penghasil kopi terbesar di dunia dan masih banyaknya ruang untuk pengembangan maka peran keberlanjutan kopi di Indonesia menjadi sangatlah penting.
Pada hari ke-3 acara difokuskan pada sharing and learning masing-masing platform dimana kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman platform negara lain, misalnya tentang apa saja yang sudah mereka hasilkan dan bagaimana mereka mencapainya.
Bukan hanya memaparkan pencapaian dan program yang sedang berjalan namun seluruh perwakilan platform juga diberikan kesempatan untuk melakukan tinjauan ke kebun kopi di tanggal 11-12 November.
Tinjauan pertama dilakukan ke Caxambu Farm (Três Pontas) yang merupakan perkebunan keluarga yang dimiliki secara turuntemurun selama lebih dari 100 tahun. Walaupun dikelola secara kekeluargaan dan tergolong kecil (menurut ukuran Brazil) dengan jumlah karyawan sekitar 20 orang, namun kebun ini memiliki fasilitas tempat pengolahan yang sangat profesional dan sistem yang tertata rapi.
COOMAP adalah lokasi kunjungan kedua, merupakan koperasi yang memiliki anggota sekitar 800 petani dengan total lahan sebesar 7.000 Ha. Terlihat di sini rekam jejak kebun petani sangat diperhatikan, termasuk soil analysis dan hampir semua proses GAP (Good Agricultural Practices) dan Pasca Panen menggunakan mesin, tidak lagi mengandalkan tenaga kerja manusia. Koperasi juga mengembangkan satu usaha pemenuhan kebutuhan petanian di toko yang mereka buat sehingga semua kebutuhan untuk kebun mereka beli di sana.
Secara spesifik pembelajaran yang dapat diambil pada saat tinjauan lapangan adalah:
- Traceability yang sudah diterapkan oleh rata-rata petani di Brasil
- Teknologi sangat membantu kelancaran pekerjaan
- Komitmen kerja, termasuk menjaga konsistensi kualitas
- Tidak menggunakan pohon pelindung namun menggunakan rumput untuk menjaga kelembaban tanah
- Tidak melakukan pemilihan batang pada saat pruning tetapi langsung dipotong rata semua ranting dari arah samping kanan kiri menggunakan mesin potong
- Panen 2 tahun sekali, sehingga biasanya siklus pendapatan petani adalah 2 tahun sekali
Salah satu paparan menarik datang dari Viet Nam yang merupakan negara penghasil kopi terbesar kedua di dunia. Melalui platform lokal yang didirikan oleh Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, VCCB (Viet Nam Coffee Coordination Board) menyasar untuk mempengaruhi kebijakan, memberikan rekomendasi kebijakan kepada stakeholder, sebagai sarana bertukar informasi, dialog, dan komunikasi untuk sektor kopi dan menjadi perwakilan Viet Nam di berbagai forum internasional. VCCB bersama dengan Global Coffee Platform serta pemangku kepentingan lain melalui berbagai media seperti rapat, lokakarya, dan tinjauan lapangan terus berusaha mengembangkan berbagai kebijakan penting seperti tersedianya dana pengembangan sektor kopi, akses keuangan, mengembangkan variasi kopi dan manajemen air. VCCB juga terus bertindak sebagai penghubung antara pemerintah dan pihak swasta melalui berbagai acara yang mendorong anggotanya untuk terus berperan aktif.
Dari sini bisa kita lihat bahwa keterlibatan pemerintah sangatlah dibutuhkan di setiap negara tempat platform bekerja, untuk mendukung program kopi berkelanjutan. Sinergi kuat khususnya peran aktif pemerintah baik dalam bentuk kerjasama dengan pihak swasta dan NGO maupun bantuan langsung membuat Viet Nam menjadi negara produsen yang berkembang pesat.
Beberapa hal lainnya yang dapat kita ambil sebagai pembelajaran dari kegiatan ini dan bahkan mungkin menjadi bagian yang harus dikerjakan selanjutnya di Indonesia adalah perlunya penguatan keterlibatan anggota dan mitra lebih banyak lagi sehingga dampak program bisa lebih besar. Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk melihat adanya dampak terhadap program yang sudah dibuat dan dilaksanakan sehingga kita dapat menentukan langkah selanjutnya yang lebih tepat, namun demikian perlu dilakukan identifikasi masalah dan penentuan indikator yang tepat dimana pastinya di setiap negara bisa saja berbeda. SCOPI perlu menentukan prioritas topik yang dianggap dapat memberikan solusi utama bagi permasalahan yang dihadapi oleh stakeholders nya.
Informasi lebih lanjut tentang GCSC dapat di akses melalui tautan berikut