LOKAKARYA PERUBAHAN IKLIM

Jakarta (Indonesia), 26 April 2019 – SCOPI secretariat menyelenggarakan lokarya sebagai bagian dari rangkaian rapat kerja anggota (Members Working Meeting). Pada sesi tentang perubahan iklim, peserta membahas bagaimana perubahan iklim berdampak pada sektor global kopi dan bagaimana pertanian kopi dapat berkontribusi terhadap peningkatan emisi dan pemanasan global.

Dihadiri oleh 11 peserta yang terdiri dari anggota, mitra, dan pemangku kepentingan, lokakarya ini menyambut baik kehadiran para narasumber diantaranya Ms. Restu Aprianta Tarigan, SP. (Yayasan Bitra), Mr. Purnama Hidayat and Mr. Syamsu Dwi Jadmiko (Pusat Pengelolaan, Peluang, dan Resiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik – CCROM-SEAP Institut Pertanian Bogor), dengan moderator: Ms. Leony Aurora (Dewan Penasehat SCOPI ) dan notulen: Ms. Nina Rossiana (Mitra SCOPI – RA).

Narasumber dari CCROM SEAP IPB memulai sesi dengan menunjukkan analisis mereka tentang dampak perubahan terhadap sektor kopi, seperti berkurangnya lahan yang cocok untuk pertanian kopi – cuaca yang memanas akan memaksa petani untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi untuk membudidayakan kopi. Diperkirakan dalam dua puluh hingga tiga puluh tahun ke depan, luas lahan yang cocok untuk pertanian kopi akan berkurang. Pemanasan global juga ternyata telah memperparah berkembang biaknya hama dan penyakit kopi.

Mayoritas petani umumnya tidak memiliki pengetahuan tentang iklim, serta belum memiliki strategi untuk mengatasinya. Ketika petani kopi berjuang untuk maju di tengah penurunan produktivitas di lahan pertanian, yang juga merupakan salah satu dampak perubahan iklim, mereka mungkin memilih memperluas lahan pertanian dengan membuka daerah baru di tempat yang lebih tinggi, termasuk dengan membuka hutan. Ini berarti ancaman bagi flora fauna yang dilindungi oleh hutan tersebut.

Salah satu anggota SCOPI, sebuah LSM bernama BITRA, saat ini bekerja di daerah kopi sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. BITRA melaporkan bahwa meskipun produktivitas menurun, serangan hama dan penyakit meningkat, serta kalender musim yang tidak dapat diprediksi, para petani tidak melakukan apa pun untuk mengatasi tantangan ini. Mereka merasa tidak berdaya.

BITRA berbagi pengalaman mengenai dua pendekatan yang diambil untuk meningkatkan kesadaran iklim di daerah tersebut:

  • Bekerja dengan petani untuk mengindentifikasi ancaman terkait iklim, bagaimana kadar air tanah dan nutrisi mempengaruhi pertumbuhan tenaga kopi, dan bagaimana suhu, pola, dan curah hujan mempengaruhi hasil panen
  • Studi ilmiah untuk memahami variabel iklim yang sebagian besar mempengaruhi produktivitas. Penelitian ini dibantu oleh CCROM SEAP IPB. Satu pernyataan penting: apakah satu penelitian saja cukup untuk menjelaskan fenomena iklim di seluruh Indonesia, mengingat kepulauan kita yang luas dengan fitur tanah yang berbeda? Bukankah akan luar biasa jika studi itu dapat dilakukan di seluruh Indonesia untuk memberikan beragam rekomendasi, wawasan, dan pengetahuan kepada petani dan pelaku industri? Tentunya penelitian ini membutuhkan sumber daya, termasuk para ahli dan peneliti yang mengambil sampel, melakukan tes, hipotesis, dan analisis data. Ini tentu bukan sesuatu yang bisa dijawab segera dalam sesi dua jam dengan aktor kopi, tetapi dapat dipertimbangkan dan menjadi pemicu aksi berikut platform kita.

Master Trainer (MT) SCOPI, yang saat ini program dan kurikulumnya sedang ditinjau untuk menilik dampaknya dijangka menengah. SCOPI sedang bekerja dengan para anggota dan mitra untuk menentukan bagaimana mengembangkan kapasitas para Master Trainer mengenai dampak perubahan iklim dan apakah pengetahuan tersebut merupakan beban tambahan yang dapat diemban oleh MT?

Lokakarya Perubahan Iklim memberikan usulan/rencana aksi sebagai berikut:

  • Memastikan pengetahuan mengenai perubahan iklim dan pengendalian hama sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim dimasukkan dalam Kurikulum untuk Master Trainers dan Sekolah Lapangan.
  • Berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk melakukan studi-studi lebih lanjut terkait kaitan perubahan iklim dengan produksi kopi, termasuk replikasi studi CCROM di Sumatra Utara di lokasi lain dengan karakteristik yang berbeda dan perbandingan emisi produksi kopi dengan komoditas lainnya.
  • Menelaah dan mempelajari dampak seluruh aktor dan rantai pasok kopi dari hulu ke hilir terhadap lingkungan hidup dan perubahan iklim – tidak hanya proses produksi – serta apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif industri kopi dan mengangkat dampak positifnya.
  • Merangkul seluruh anggota dan mitra SCOPI untuk menginisiasi projek bersama untuk melakukan kampanye publik mengenai kopi berkelanjutan dan meningkatkan apresiasi konsumen terhadap praktek dan bisnis kopi yang bertanggung jawab

Perspektif lain yang didiskusikan dalam workshop adalah jejak carbon dan dampak lingkungan hidup yang dihasilkan seluruh rantai pasok industri kopi – bukan saja ditingkat produksi. Penggunaan bahan kimia di pertanian berpotensi mencemari perairan terdekat dan menurunkan kualitas lingkungan di sekitarnya, terutama pertanian yang tidak menerapkan praktik pertanian yang baik. Pada tahap pemrosesan, jumlah air yang digunakan atau emisi yang dihasilkan untuk mendapatkan satu cangkir kopi untuk seorang pelanggan juga perlu dipertimbangkan. Dalam diskusi jelas ada ketertarikan dari para pelaku untuk belajar lebih lanjut mengenai perubahan iklim, yang mungkin hal baru bagi sebagian dari kita, dan melangkah maju sebagai bisnis yang bertanggung jawab.

 

Paparan:

Bpk. Syamsu Dwi Jadmiko_Perubahan Iklim Dan Dampaknya Pada Pertamanan Kopi

Rizaldi Boer dan Team_Perubahan Iklim Dan Dampaknya Pada Pertamanan Kopi

 

WCS_Kemitraan Mendukung Produksi Kopi Lestari Untuk Mengatasi Deforestasi di Bukit Barisan Selatan

Share this Post