Kabar Terbaru dari Pameran Dagang Specialty Coffee Assciation of America

Badan Specialty Coffee Association of America (SCAA) menyelenggarakan acara tahunan musim seminya, seringnya di kota asal saya, Seattle, yang terkenal akan kopinya. Tahun ini, acaranya diselenggarakan di Georgiea World Congress Center di kota Atlanta. Ada pula sebuah tradisi dimana SCAA akan menyorot satu negara produsen kopi, tahun ini adalah Indonesia. Negara produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Kolumbia, Indonesia memiliki perhatian dari pengusaha kopi, imported, pembeli, dan para barista dikarenakan karakter uniknya.

“Lebih banyak yang datang daripada para peserta pameran pada tahun ini,”, kata Peter Giuliano senior, direktur Symposium, “dan ini merupakan sebuah kegembiraan tersendiri. “Kami memiliki 2.500 anggota perdagangan karena kami merupakan komunitas inklusif”. Tetapi apakah arti dari specialty coffee? Menurut Giuliano, itu adalah kopi yang didefinisikan dari rasa yang sangat enak, kopi yang dibuat dengan proses khusus yang baik untuk lingkungan, dan kopi yang datang dari tempat khusus dengan budaya khusus yang memiliki dampak penting pada kopinya. “Kopi dapat menjadi spesial melalui banyak cara”, ujar Giuliano.

Apa yang membuat kopi Indonesia sangat unik? Saat konferensi pers diadakan, Direktur Umum Pengembangan Ekspor Nasional, dari Kementerian Perdagangan, Ibu Nus Nuzulia Ishak mengatakan, “Kami memiliki banyak pulau dengan karakteristik tanah yang berbeda, seringnya tanah vulkanis menghasilkan rasa yang khas. Kami telah memilih tujuhbelas kopi spesialitas yang berassal dari sekitar kepulauan Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Flores dan Bali.”

Konsumen Amerika dan Kopi Indonesia

Mengapa importir Amerika menganggap tinggi kopi Indonesia? Menurut Janis Cutler, Wakil Presiden dari Operations of Amacafe USA, hal ini dikarenakan profil kopi tersebut tidak dapat ditemukan di kopi lain. Kopi Indonesia memiliki sebuah rasa asam, manis, dan rasa tanah yang unik dan diakui enak dengan sendirinya, atau dicampur dengan kopi lain. Cutler lebih sering bercerita mengenai kopi Sumatera, tetapi menurutnya kopi Jawa lebih memiliki sejarah, dan rasanya yang konsisten dihargai. “Perusahaan pemanggang kopi di Amerika yang menggunakan kopi Sumatera dan Jawa sebagai satu campuran telah melakukan promosi yang sangat baik, dan telah membawa kopi tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Kami juga telah mempromosikan kopi Jawa panggang versi terbatas.” Cutler juga merasa bahwa bagian dunia Amerika sungguh penasaran dan tertarik untuk mempelajari geografi melalui kopi yang diminum. “Sumatera lebih sering ditemukan, tetapi kopi Bali adalah favorit saya.” Ujar Cutler.

Bahkan Alexander Gilman, Creative Director dari Royal Coffee, sebuah perusahaan impor kopi di California utara yang membawa banyak biji kopi dari Sumatera dan Jawa, memiliki alasan berbeda terhadap populernya kopi Indoneisa. “Yang membedakan mereka adalah cara memproses kopi yang berbeda, mayoritas dipakai di Sumatera, yang dinamakan proses wet haul. Kopi dipisahkan dan diambil dari buahnya, kemudian dicuci, dikeringkan hingga kelembapan 40%, dipindahkan ke fasilitas penggilingan, dikeringkan lagi hingga kelembapan 25%, dan di giling.” Saya bertanya efek apa yang diberikan pada kopinya, lalu dia mengatkan kalau rasa kopi berubah menja lebih ke-tanah-an dengan tambahan rasa herbal. “Orang-orang berfikir bahwa kopi Indonesia memiliki keasaman yang lebih rendah, tetapi saya kurang setuju. Kopi tersebut hanya dipanggang lebih gelap karena masyarakat terbiasa dengan itu. Ketika kita menaawarkan kopi yang lebih terang, mereka hanya bias terkejut karena hal tersebut berbeda. Itu bukan hal baru, hanya sebelumnya kopi tersebut dipanggang hingga gelap.” Koneksi Gilman ke pulau tersebut dimulai beberapa tahun yang lalu ketika dia tinggal di sana untuk mempelajari musik Indonesia. Hanya dua tahun yang lalu dia mulai tertarik dan ikut serta dengan komunitas kopi di banyak pulau dan mengeksplorasi kopi melalui pengenalan dari pekerjaanya terdahulu di Blue Bottle Coffee.

 

Trend

 

Peter Giuliano mengidentifikasi beberapa trend kopi tahun ini. Rempah-rempah di kopi seperti cardamom dan cassis yang mengingatkannya kepada kopi Indonesia. Trend kedua adalah “keinginan di dalam perusahaan kopi dan para barista untuk menjalin hubungan dengan masyarakat. Kopi sungguhlah sebuah minuman unik, dalam hal sosial dan intelektual. Kita bertemu untuk meminum kopi, lalu kita menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Kita menerima trend ini, kita menjadi inklusif sebagai sebuah industri. Masyarakat mencintai kopi, tetapi kita belum mencapai semua orang. Kami ingin membuat kopi tersedia bagi semua orang, dari latar belakang dan tingkat pendapatan apapun. “ Inti yang dia katakan sungguh bermakna dan dapat menjadi bahan pemikiran. Jika lain kali mengunjuni warung atau kafe, perhatikanlah sekitar anda.

 

Sertifikasi

 

Topik lain yang dibahas adalah sertifikasi petani kopi Indoneisa. “Konsumen menginginkan kualitas tinggi, dan kita memberikan kopi tersebut ke mereka,” kata direktur umum Nus. “Ada keuntungan juga untuk kita jika tersertifikasi. Kementerian Perdagangan telah memulai usaha tersebut.” Moenardji Soedargo, perwakilan SCOPI, Sustainable Coffee Platform of Indoneisa, sebuah organisasi yang mengumpulkan LSM, para akademis, pemerintah local, dan organisasi petani, memastikan bahwa Indonesia tengah membangun konsep berkelanjutan yang harmonis dengan inisiatif yang telah dilakukan negara lain. Proses ini, katanya, akan membuka kenaikan harga bagi kopi Indonesia yang sudah terkenal. Dikarenakan sertifikasi juga penting untuk pasar Amerika, beberapa perusahaan telah mengadopsi sertifikasi Amerika seperti Fair Trade. Ini adalah sebagian dari alat-alat akses ke pasar.

 

Negara-negara Kecil di Acara

 

Nepal, negara yang secara tradisional lebih terkenal akan teh nya merupakan salah satu peserta pameran yang telah menemukan distribusi di Amerika. Tetapi, mereka tidak menawarkan sampel untuk dicicipi, sehingga taka da yang tau rasa kopi asal Nepal. Myanmar mengagetkan seluruh komunitas dengan keberadaanya, tetapi mereka belum bias mengekspor ke Amerika.

 

“Kita bisa melihat negara kecil produsen kopi mulai muncul di pasar dan ini berita baik. Perubahan iklim menyebabkan ketidak-cocokan sumber kopi biasanya. Konsumsi kopi dengan naik tetapi produksinya tidak dapat mengimbangi, dengan demikian ada ruang bagi negara produsen baru untuk masuk.” Ujar Giuliano. Gilman setuju, “negara kecil dapat terlihat lebih menarik lebih dari segi sumber baru, tetapi juga dari cara memproses kopi yang berbeda, atau dari karakter unik tanahnya. Saya berfikir mereka memiliki tempat di peta dunia dan mereka dapat sukses. Ini merupakan penambahan sumber pemasukan bagi mereka.” kata Gilman.

 

 

Dari Lantai Acara SCAA

 

Selama perjalanan terakhir saya di lantai acara ini, saya menyadari beberapa trend menarik. Susu dalam banyak bentuk seperti kelapa, almond, beras, macadamia, dan hazelnut untuk latte anda telah tersedia dari penjual susu dan konsumen bebas kasein. Saya juga melihat kopi dingin dituang layaknya bir, dari keran. Yang saya dapat katakan sebelum saya meninggalkan acara ini, adalah saya benar-benar penuh dengan kafein. Saya meragukan dapat meminum satu gelas kopi lagi di bandara. Tetapi saya sudah menanti acara tahun depan di Seattle.

 

 

 

Sumber foto dan artikel oleh Thei Zarveki dalam Bahasa Inggris: “The latest from the Specialty Coffee Association of America trade show”. Dipublikasikan tanggal 27 April 2016 pada https://medium.com/@fullybooked/the-latest-from-the-specialty-coffee-association-of-america-trade-show-eff58cba460e

Share this Post