SIPERS ISCF 2020

Siaran Pers

Jakarta, 24 Juni 2020

Dapat disiarkan segera

Public-Private Partnership Kunci Mencapai Target Produktivitas Berkelanjutan dan Stabilitas Pasar Kopi Indonesia

Diskusi Kolaboratif Dalam Indonesia Sustainable Coffee Forum 2020

Kopi, salah satu komoditi perkebunan unggulan sumber devisa Indonesia, berdasarkan data Kementerian Pertanian pada tahun 2018 memiliki nilai ekspor mencapai 815,9 juta dolar AS, dengan volume mencapai 279,9 ribu ton. Di sisi lain, produktivitas kopi Indonesia belum optimal, yakni hanya 0,78 ton per hektar dari area lahan seluas 1,24 juta hektar. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pun memberikan dampak pada rantai pasok kopi Indonesia.

Ketua Dewan Pengurus SCOPI, Irvan Helmi menjelaskan dalam sambutannya pada pembukaan diskusi kopi virtual (23/6), dalam 10 tahun terakhir Indonesia menjadi negara konsumen kopi yang dilihat dari konsumsi kopi domestik yang naik 2x, impor kopi yang naik 10x, ekspor kopi menurun sekitar 37%, namun pertumbuhan produksi tidak sebanding yakni hanya sekitar 3-5%. “Ini bukan berita buruk, ini semua memberikan 1 sinyal yaitu peluang. Untuk itu SCOPI memfasilitasi untuk mendorong percepatan kemitraan strategis untuk kopi yang berkelanjutan. Ada beberapa dimensi dalam usaha menuju kopi yang berkelanjutan seperti dimensi perkebunan (pohon, tanah) dengan usia tanaman kopi yang mayoritas sudah menua, dimensi lingkungan hidup yang perlu dilestarikan, dimensi kelembagaan petani, sosial dan ekonomi, dimensi perdagangan dan dimensi kreativitas hilir yang bisa mengungkit identitas kopi Indonesia,” ujarnya.

Rangkaian forum diskusi virtual bertajuk Indonesia Sustainable Coffee Forum 2020 yang diselenggarakan oleh Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) pada 23 – 26 Juni 2020 ini mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan sektor kopi seperti Pemerintah, pelaku usaha, pendamping lapangan, petani kopi serta lembaga sosial masyarakat, untuk memperkuat kemitraan berbagai pihak atau public-private partnership dalam mencapai target produktivitas kopi berkelanjutan di Indonesia serta menjaring inovasi dan aspirasi dalam menjaga stabilitas pasar kopi.

Dalam Diskusi Kopi (DISKO) virtual sesi 1 dengan topik Kemitraan Strategis Untuk Meningkatkan Produktivitas Kopi Berkelanjutan di Indonesia ini mengundang lima pembicara, yakni Menteri Koperasi dan UKM RI Bapak Teten Masduki, Deputi Bidang Produk, Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ibu Ir. Rizki Handayani, MBTM, Deputi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi RI Ibu Musdalifah Machmud dan Direktur Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Bapak Ir. Bagus Herudojo Tjiptono, M.P.

Bapak Teten Masduki menjelaskan pihaknya telah menyiapkan berbagai stimulus bagi koperasi dan UKM termasuk yang terdampak covid-19 seperti keringanan kredit dan akses ke lembaga finansial. Di samping itu juga tengah menyiapkan model usaha koperasi berbasis ekonomi kerakyatan, termasuk komoditas di dalam kawasan perhutanan sosial, serta program digitalisasi koperasi. “Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerja sesuai tugas dan fungsi, yaitu membantu pengembangan model usaha berbasis ekonomi kerakyatan. Untuk komoditas yang berada di dalam kawasan perhutanan sosial dengan Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Harapannya dengan SCOPI juga bisa dikolaborasikan untuk sektor hilir. Kami prioritaskan 7-10 pilot project untuk dijadikan role model pengembangan koperasi bidang pertanian, perkebunan, perikanan,” ujar beliau.

Upaya mendorong pelaku usaha kopi meningkatkan pasar dan penjualan digital didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ibu Rizki Handayani menjelaskan pihaknya melihat pengembangan sektor kopi dari 2 sisi, yakni pengembangan sisi kepariwisataan dan dari sisi ekonomi kreatif. “Untuk kepariwisataan, kami menyiapkan paket promosi wisata kopi di daerah-daerah penghasil kopi di Indonesia. Dari sisi ekonomi kreatif, strategi branding kopi Indonesia juga tengah disiapkan. Jadi bukan hanya kopi dengan asal daerah tertentu, melainkan dengan brand Kopi Indonesia. Kita susun strategi pemasarannya, juga melalui berbagai event kopi baik di dalam dan luar negeri,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi menyampaikan 4 strategi yang dapat ditempuh untuk optimalisasi pemasaran kopi. “Stategi pemanfaatan market place digital, strategi kolaborasi dengan berbagai pihak seperti Toko Tani dan atase perdagangan, strategi optimalisasi pemanfaatan sistem resi gudang dan strategi peningkatan promosi seperti di media online. Kami lihat volume ekspor kopi Indonesia di Januari - April 2020 meningkat 158.78 ton atau 1,34% dibandingkan periode yang sama di 2019 dan kopi Indonesia memiliki sejarah menjadi kopi yang handal dan dinikmati di dunia, sehingga perlu di dorong untuk meningkatkan nilai tambah untuk kopi,” ujar Ibu Musdhalifah Machmud.

Upaya meningkatkan produktivitas kopi juga dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui pemberian izin pemanfaatan kawasan hutan sosial untuk pengelolaan kebun kopi di beberapa daerah, seperti Jawa Barat dan pengembangan kelompok usaha sosial. “Kami mendukung bagaimana kopi bisa dihasilkan di hutan namun tetap lestari, maka ada pengaturan di kawasan hutan sosial sehingga biodiversitas tetap terjaga. Kami juga kembangkan kelompok usaha sosial, yang dibedakan menjadi kelompok platinum yakni kelompok yang sudah mandiri, kelompok gold, silver dan blue. Komoditas yang menjadi andalan, salah satunya kopi. Saat ini sudah ada 433 kelompok usaha sosial untuk kopi. Diharapkan dengan pola agroforestri diharapkan petani dapat meningkatkan produktivitas lahan dan menambah penghasilan,” ujar Bapak Bagus Herudojo Tjiptono.

Paramita Mentari Kesuma, Direktur Eksekutif SCOPI menjelaskan salah satu pilar dalam Theory of Change yang menjadi dasar program SCOPI adalah mengkolaborasikan agenda SCOPI dengan kebijakan dan program pemerintah untuk mencapai produksi kopi berkelanjutan dan meningkatkan livelihood. “SCOPI telah berkolaborasi dengan berbagai Kementerian/Lembaga di tingkat nasional dan lokal dalam melaksanakan program dan kegiatannya. Melalui forum ini, SCOPI ingin menangkap aspirasi, wawasan dan pembaruan arah kebijakan terkait produksi kopi berkelanjutan, strategi pemulihan pasca-COVID-19 dan bagaimana para pelaku rantai pasokan kopi dapat bekerja secara kolaboratif dengan pemerintah untuk meningkatkan mata pencaharian para petani kopi. Dari diskusi ini, diperoleh masukan bahwa SCOPI dapat berperan dalam menguatkan jaringan komunitas kopi, khususnya di kalangan anak muda yang menggeluti bisnis kopi, serta menjembatani koordinasi antara Pemerintah dan koperasi/UMKM ,” ungkap Mentari.

Rangkaian diskusi kopi virtual juga akan mengangkat topik Perspektif Internasional Terhadap Masa Depan Kopi Indonesia Yang Berkelanjutan yang dilaksanakan pada 25 Juni 2020 dengan pembicara dari Kementerian Perdagangan, akademisi asing, serta asosiasi kopi dalam dan luar negeri. Topik lainnya, yakni Inovasi Dalam Menghadapi Dampak COVID-19 Pada Sektor Kopi Indonesia akan menjadi diskusi penutup pada 26 Juni 2020 dengan pembicara para pelaku usaha kopi nasional.

 

 

-- selesai --

 

Informasi lebih lanjut, hubungi:

Swiny Adestika

Communications Manager

Email: [email protected]

Mobile: +6282114673900

 

Tentang SCOPI

Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) adalah organisasi nirlaba yang berbadan hukum dalam bentuk perkumpulan untuk multi-stakeholder yang peduli terhadap pengembangan dan keberlanjutan kopi di Indonesia. SCOPI bertujuan mengembangkan sekaligus menyediakan praktik pembelajaran bersama dalam pengembangan komoditas kopi di Indonesia mulai dari praktik budidaya, pascapanen, penguatan organisasi petani, akses pasar, akses keuangan, indikasi geografis, sampai dengan peningkatan Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP) dengan tujuan meningkatkan peluang ekonomi bagi petani, ketahanan pangan, dan kelestarian lingkungan.

Share this Post