Diskusi Kopi Online SCOPI Sinergi Agroforestri dan Perhutanan Sosial Kunci Kopi Indonesia Berkelanjutan dan Hutan Lestari

JAKARTA, 28 April 2025 – Sejalan dengan momentum Earth Week 2025, Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) menggelar Diskusi Kopi Online (DISKO) bertajuk "Sinergi Agroforestri Kopi dan Perhutanan Sosial untuk Kopi Indonesia Berkelanjutan" pada Jumat, 25 April 2025. Acara ini menggarisbawahi komitmen SCOPI dalam mendorong praktik kopi berkelanjutan yang selaras dengan Collective Action Plan (CAP) 2025-2030, yang bertujuan utama meningkatkan kesejahteraan petani melalui pendekatan pertanian regeneratif (regenerative agriculture).

Dalam sambutannya, Ade Aryani, Direktur Eksekutif SCOPI, menyatakan, "Sinergi antara agroforestri dan Perhutanan Sosial adalah inti dari pendekatan pertanian regeneratif yang kami dorong. Melalui pelatihan kepada Coffee Master Trainer sebagai ujung tombak, kami berupaya mendiseminasikan praktik baik dan berkelanjutan ini kepada petani kopi di seluruh Indonesia, demi kesejahteraan petani kopi dan kelestarian lingkungan."

Diskusi ini menyoroti agroforestri sebagai solusi krusial menghadapi tantangan krisis iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Praktik ini mengintegrasikan pohon dengan tanaman kopi, memberikan manfaat ekologis seperti konservasi tanah dan air, peningkatan biodiversitas, serta peningkatan produktivitas. Hal ini bersinergi kuat dengan program Perhutanan Sosial (PS) yang didorong pemerintah untuk memberikan akses legal pengelolaan hutan kepada masyarakat, membuka peluang besar bagi petani kopi menerapkan budidaya berkelanjutan.

Dipandu oleh moderator Jeni Pareira dari Wildlife Conservation Society (WCS) - Anggota SCOPI, diskusi menghadirkan perspektif komprehensif dari para pemangku kepentingan kunci. Syafda Roswandi, S.Hut., M.Si. (Direktur Pengendalian Perhutanan Sosial, KEMENHUT), mengawali dengan memaparkan lanskap kebijakan PS, termasuk target 12,7 juta Ha dan potensi besar kopi dalam skema ini. Beliau menekankan bahwa percepatan implementasi PS melalui distribusi akses legal, pengembangan usaha, dan pendampingan intensif menjadi sangat krusial. Menyoroti tantangan pemenuhan kebutuhan pendamping yang idealnya satu per SK PS, dimana baru 44% kelompok PS kopi yang terpenuhi, Syafda menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak dan pemanfaatan platform digital seperti LMS Kemenhut untuk materi pendampingan.

Melengkapi hal tersebut, Catur Endah Prasetiani, S.Si., M.T. (Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial, KEMENHUT), mendalami strategi hilirisasi dan peningkatan nilai tambah kopi PS. Beliau menjelaskan bahwa kopi agroforestri dari PS tidak hanya unggul secara kualitas dan cita rasa khas, tetapi juga memiliki potensi ekspor yang signifikan. Pengembangan usaha didorong melalui lima pilar fasilitasi: penguatan kelembagaan, pengembangan komoditas, peningkatan nilai produk/standardisasi, kewirausahaan, serta kerja sama usaha/kemitraan. Peran Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS), yang kini berjumlah 1140 untuk komoditas kopi, sangat vital sebagai motor penggerak ekonomi lokal, didukung pendekatan Integrated Area Development (IAD) dan Pengembangan Usaha Tematik.

Aspek peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi fokus Dr. Ir. Kusdamayanti, M.Si (Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM, KEMENHUT). Beliau memaparkan rencana strategis Pusdiklat SDM, termasuk pengembangan Corporate University dan perluasan akses pembelajaran melalui Massive Open Online Course (MOOC) serta Micro Learning. "Kami bekerjasama dengan SCOPI, saat ini sedang memfinalisasi Draf Kurikulum Teknik Agroforestri Berbasis Kopi, yang akan menjadi panduan penting dalam implementasi Agroforestri Kopi dan dukungan terhadap program perhutanan sosial" ujar Kusdamayanti.

Dari perspektif praktisi, Eko Purnomowidi (Klasik Beans), berbagi pengalaman lapangan dan pembelajaran dari program pertukaran TriDEP dengan India. Eko menggarisbawahi filosofi keberlanjutan sebagai "Continue Wisdom"—keseimbangan antara Planet, People, dan Profit. Beliau melihat agroforestri sebagai kearifan leluhur yang bertujuan mencapai productivity resilience melalui pemahaman geografis mendalam. Pembelajaran dari India menekankan pentingnya tata kelola kelembagaan yang kuat, sementara tantangan bagi petani Indonesia meliputi akses informasi/riset, modal kerja, peningkatan kapasitas, dan akses pasar.

Secara keseluruhan, DISKO SCOPI kali ini menegaskan bahwa sinergi antara agroforestri kopi dan Perhutanan Sosial adalah fondasi esensial untuk mewujudkan sektor kopi Indonesia yang lestari dan menyejahterakan. Keberhasilan implementasinya membutuhkan kolaborasi aktif antar pemangku kepentingan, penguatan kapasitas SDM secara berkelanjutan, inovasi dalam pengembangan usaha, dan dukungan kebijakan yang optimal, sejalan dengan semangat Earth Week untuk memberdayakan kekuatan kita demi planet yang lebih baik.

 

Tentang SCOPI:

Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) adalah platform multipihak yang beranggotakan berbagai pemangku kepentingan di sektor kopi Indonesia. SCOPI berkomitmen untuk mendukung praktik kopi berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas petani, promosi praktik pertanian yang baik (GAP), dan fasilitasi kemitraan untuk mencapai sektor kopi Indonesia yang berdaya saing global, berkelanjutan, dan menyejahterakan petani.

 

Kontak:

Ilham Bayu Widagdo

Program Coordinator, SCOPI Secretariat

Email: [email protected]

Hp: 089605499758

Share this Post