Program Coffee MUG Telah Melatih Lebih dari 4.700 Petani, Meningkatkan Hasil Panen dan Pendapatan di Wilayah Arabika Terbaik Indonesia

Jakarta, 1 Juli 2025 — Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) bersama International Islamic Trade Finance Corporation (ITFC) mendiseminasikan temuan kunci dari survei tengah implementasi program Coffee Master Trainer Upgrade (Coffee MUG), sebuah inisiatif selama lima tahun yang mendukung petani kecil di Sumatera Utara dan Aceh dalam menerapkan praktik budidaya kopi yang berkelanjutan.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2021, program ini telah melatih 4.754 petani—37% (1.781) di antaranya perempuan—di 130 desa. Saat ini, sekitar 3.700 hektare lahan dikelola dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP). Sebanyak 19 Master Trainer dan 8 kandidat lainnya berperan sebagai pelatih lokal yang membimbing kelompok petani dalam menjaga kesehatan tanah, pemangkasan, penanganan pascapanen, dan pengendalian mutu kopi.

Survei tengah program yang dilakukan di lapangan mengonfirmasi bahwa rata-rata hasil panen di wilayah sasaran meningkat sebesar 13,7% pada tahun 2023, setara dengan tambahan 78 kilogram green bean per hektare dibandingkan tahun sebelumnya.

Hasil penguatan kapasitas juga menunjukkan kemajuan yang signifikan. Para pelatih yang ikut serta menunjukkan kompetensi sebesar 91% dalam praktik pertanian kopi berkelanjutan dan 87% dalam metodologi pelatihan berdasarkan evaluasi terbaru. Dampaknya mulai dirasakan dalam kesejahteraan petani: rata-rata penjualan kopi tahunan mencapai IDR 82,95 juta (sekitar US$5.100) per petani pada 2023, sementara pendapatan bersih rata-rata meningkat menjadi IDR 71,52 juta (sekitar US$4.400).

Awal tahun ini, SCOPI dan ITFC menyelenggarakan dua lokakarya pemanfaatan data di Berastagi (Kabupaten Karo) dan Takengon (Kabupaten Aceh Tengah). Dalam forum tersebut, para pejabat daerah,  sektor swasta, Master Trainer, dan pemimpin petani meninjau hasil survei tengah, mengeksplorasi dasbor pemantauan berbasis web yang baru, dan menyepakati langkah tindak lanjut yang konkret—termasuk pembentukan demoplot yang kini berfungsi sebagai “kelas lapangan” bagi petani muda. Selain itu, kerja sama dan pemanfaatan data temuan survei tengah juga dilakukan dengan ofi Indonesia dan Ecom/Indo Cafco.

“Survei ini bukan sekadar pengumpulan data, ini adalah alat strategis untuk mempertajam arah program dan memastikan program tetap responsif terhadap kebutuhan nyata para petani,” ujar Ade Aryani, Direktur Eksekutif SCOPI.

 

Nazeem Noordali, Chief Operating Officer ITFC, menambahkan: “Survei petani memberikan panduan berbasis data, membantu mengidentifikasi kesenjangan, dan mendukung pengembangan strategi yang lebih berdampak. Program seperti Coffee MUG harus tetap dinamis dan tanggap terhadap realitas di lapangan.”

Dalam lokakarya di Kabupaten Karo dan Aceh Tengah, SCOPI dan ITFC bersama pejabat, pembeli, pelatih, dan petani meninjau hasil survei tengah, menguji dasbor pemantauan baru, dan meluncurkan plot demo untuk pelatihan pemuda.

Uji coba di lapangan terkait intervensi kesehatan tanah juga akan terus dilanjutkan, dengan target peningkatan hasil panen lebih lanjut pada 2026. Secara paralel, modul-modul baru tentang literasi keuangan dan pemasaran digital sedang dikembangkan dan akan diluncurkan akhir tahun ini, dengan penekanan khusus pada pemberdayaan kelompok petani perempuan dan pemuda.

Share this Post