SCOPI dan Anggota Dorong Pengukuran Pendapatan Petani yang Akurat untuk Wujudkan Kesejahteraan

Jakarta, 11 November 2025. Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), bekerja sama dengan Sustainable Food Lab (SFL), menyelenggarakan "Living Income Workshop: Actual Farmer Income Data Measurement". Lokakarya interaktif ini dilaksanakan bagi anggota SCOPI dan juga mitra SCOPI termasuk Lembaga Pemerintah sebagai para pemangku kepentingan di sektor kopi untuk membahas metodologi standar dalam mengukur pendapatan aktual petani. Langkah ini fundamental untuk merancang program yang lebih efektif demi menutup kesenjangan kesejahteraan petani kopi di Indonesia.

Fokus utama lokakarya adalah konsep "Living Income" (Pendapatan Hidup Layak), yaitu pendapatan yang dibutuhkan sebuah keluarga petani untuk hidup layak, mencakup pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan tabungan darurat. Untuk mengetahuinya, digunakan "Living Income Benchmark" (LIB), yaitu standar biaya hidup layak di suatu daerah, yang kemudian dibandingkan dengan "Actual Income" (AI), atau pendapatan riil bersih yang diterima petani. Selisih antara keduanya disebut "Income Gap" (kesenjangan pendapatan), yang menjadi fokus intervensi para pemangku kepentingan. 

"Workshop ini adalah langkah penting untuk menyamakan pemahaman, terutama bagi anggota kami. Pada workshop ini tidak hanya membahas konsep Living Income, tetapi juga pendalaman pada cara menghitung Actual Income petani dengan data yang kita miliki," ujar Ade Aryani, Direktur Eksekutif SCOPI. "Dengan mengetahui kesenjangan antara pendapatan aktual dan standar pendapatan hidup layak, kita dapat merancang program-program di sektor kopi yang lebih tepat sasaran untuk menutup kesenjangan tersebut."

Christina Archer, Senior Advisor, Smallholder Livelihoods dari Sustainable Food Lab (SFL), menambahkan, "Pengukuran Living Income Benchmark sangat penting sebagai acuan kuantitatif bersama untuk mengatasi tantangan bersama. Metodologi ini telah diakui secara global, termasuk oleh International Coffee Organization (ICO), dan diimplementasikan oleh negara-negara anggota ICO seperti Indonesia untuk mengidentifikasi kesenjangan pendapatan secara nyata." 

Lokakarya ini menggali berbagai tantangan teknis dalam mengukur pendapatan petani kecil, mengingat sistem pertanian mereka yang kompleks dan beragam. Sesi pagi difokuskan pada pemahaman konsep dasar Living Income dan metodologi perhitungan Actual Income. Diskusi menjadi interaktif ketika para peserta membahas tantangan teknis terkait variasi data dan kompleksitas sistem di lapangan yang akan berpengaruh pada perhitungan. Sesi siang kemudian berlanjut pada strategi pemetaan data untuk menyatukan dan memanfaatkan data yang sudah ada untuk perhitungan Actual Income

Sebagai tindak lanjut utama, SCOPI akan mengeksplorasi bagaimana fungsinya sebagai platform untuk mengkonsolidasikan inisiatif dan program Living Income dari stakeholder yang telah dibahas dalam lokakarya ini. Data dan metodologi yang disepakati akan diformulasikan menjadi "Sub-national Living Income Benchmarking". Standar bersama ini akan menjadi acuan bagi anggota SCOPI, pemerintah, dan mitra lainnya dalam mendesain program intervensi yang lebih efektif dan terukur untuk menutup kesenjangan pendapatan petani kopi di Indonesia.

Share this Post