Detail Kegiatan

  • Tentang: Disko
  • Tanggal: 20 Jul 2022
  • Lokasi: Virtual

Deskripsi Kegiatan

Penggunaan herbisida sudah diambang batas berbahaya. Akibatnya, beberapa gulma justru mengalami resistensi. Karena itu, penggunaan herbisida oleh petani harus terus dipantau. Banyaknya petani menggunakan herbisida kimia karena caranya mudah dan praktis, reaksinya cepat, lebih murah, dan lebih efisien untuk skala luas. Apalagi, petani juga sangat mudah mendapatkan di kios-kios sarana produksi. Penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan dapat merusak tanah dan mengurangi kesuburan tanah.

Bergerak dari kekhawatiran akan penggunaan overdosis herbisida pada perkebunan kopi di Indonesia. SCOPI bekerjasama dengan PT. Pandawa Agri Indonesia sebagai salah satu anggota dari SCOPI telah Bersama-sama menyelenggarakan Diskusi Kopi (DISKO)  bertajuk “Pendekatan ramah lingkungan dalam mengurangi penggunaan dan residu herbisida pada kebun kopi di Indonesia"  pada  20 Juli  2022.

PT. Pandawa Agri Indonesia merupakan perusahaan berbasis ilmu hayati pertama dari Indonesia dan saat ini merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki inovasi dalam pengembangan produk pengurangan pestisida (Reduktan Pestisida). Produk Reduktan diharapkan dapat berkontribusi dan membantu para pelaku usaha pertanian untuk menciptakan praktik pertanian yang berkelanjutan, ramah lingkungan, aman bagi pengguna  dan juga efisien. Untuk itu,  SCOPI  bersama PT.  Pandawa Agri Indonesia.

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan pertumbuhannya dan dapat bersaing dengan tanaman budidaya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, air dan cahaya. Peran gulma sebagai inang sementara untuk hama dan penyakit dapat mengganggu kegiatan saat pemanenan. Gulma dapat mengganggu pertumbuhan kopi pada dua tahun pertama setelah transplanting (perpindahan dari bibit ke lahan tanam). Oleh karena itu pengendalian gulma perlu dilakukan.

Fakta di lapangan, beberapa jenis gulma sulit dikendalikan karena terlalu sering disemprot dengan bahan aktif herbisida yang sama secara terus menerus dan dapat menyebabkan resistensi pada gulma. Maka dari itu harus dilakukan pencampuran herbisida untuk mengurangi gejala ‘susah dibunuh’ pada gulma tersebut. Pencampuran herbisida yang sembarangan akan mengakibatkan efektifitas herbisida terganggu dan tidak bekerja secara optimal. Hal ini disebabkan karena beberapa campuran herbisida ada yang bersifat sinergis (saling menyatu) dan juga ada yang bersifat antagonis (tolak menolak).

Penggunaan campuran glifosat sebagai alternatif pengendalian gula dapat menunjukkan adanya gejala keracunan pada tanaman kopi walaupun hanya terkena di area bawah daun kopi saja dan tanaman kopi menjadi lebih lambat tumbuh, tunas yang muncul lebih sedikit, daun jadi mengecil, akar jadi kurang kuat dan tidak bisa tumbuh dengan bagus karena kekurangan karbohidrat dan asam amino. Kejadian ini diamati pada tanaman kopi muda setelah 28 hari sesudah aplikasi (HSA) glifosat. Pada tahun pertama, gejala keracunan sudah. Nampak dan menunjukkan gejala pertumbuhan yang lambat. Meskipun ada beberapa tanaman dapat pulih kembali namun pada tahun pertama sudah menunjukkan gejala pertumbuhan yang lambat, Dengan demikian penggunaan dosis tinggi harus dikurangi untuk mengurangi dampak keracunan pada tanaman kopi.

Penggunaan overdosis herbisida (racun rumput) baik itu glifosat dan parakuat mengakibatkan pengurangan jumlah batang kopi, mati ranting, memendeknya jumlah dahan hingga pengurangan bobot kopi sehingga produksi menurun. Negara-negara di Eropa sebagai salah satu negara tujuan ekspor kopi Indonesia telah menetapkan Maximum Residue Limits (MRL) untuk glifosat pada biji kopi mentah dengan Batasan 100 microgram per kg (100ppm). Jejak pestisida pada produk disebut dengan istilah residu dan MRL adalah level tertinggi residu pestisida yang bisa ditoleransi pada produk makanan atau minuman bila aplikasi pestisida tersebut dilakukan dengan benar. Glifosat adalah pestisida yang paling banyak digunakan di dunia, yang menjadi perhatian karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan didokumentasikan dengan baik. Paparan pestisida populer ini dapat menyebabkan kanker, menurut bukti ilmiah yang kuat. Uni Eropa telah memulai proses untuk memperbarui persetujuan pasarnya, yang akan berakhir pada Desember 2022. Kedepannya mulai tahun 2023, penggunaan glifosat akan dilarang secara global karena perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan harus didahulukan.

Disko dibuka dengan sambutan dari Direktur Eksekutif SCOPI, Bapa Eman Wisnu Putra dan Co-Founder & CEO PT. Pandawa Agri Indonesia Bapa Kukuh Roxa, Dalam webinar diskusi kopi (DISKO) yang diselenggarakan, para peserta aktif terlibat dalam diskusi mengenai adaptasi perubahan iklim bagi petani kopi di Indonesia.  Peserta yang telah mengikuti acara tersebut berasal dari berbagai latar belakang, antara lain;  LSM, sektor swasta, pejabat pemerintah, akademisi dan mahasiswa, dan yang paling penting, para Master Trainer SCOPI.  Acara webinar diawali dengan pembicara yang menyampaikan berbagai topik sesuai bidang pekerjaannya, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab selama 60 menit.  Selama sesi berlangsung, para peserta aktif menyampaikan pendapat, masukan dan dukungannya terhadap materi yang disampaikan oleh narasumber acara.

 

Youtube


Share